Adab Berhutang
﷽
Bahaya Kebiasaan Berhutang
Hukum asal dari berhutang adalah boleh(jaa-iz)
Allah ﷻ menyebutkan sebagian adab berhutang di dalam Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’aamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.”
(QS Al-Baqarah: 282)
Akan tetapi, banyak kaum muslimin yang menganggap remeh kebiasaan berhutang
Mereka merasa nyaman dengan adanya hutang yang “melilit’ dirinya.
Bahkan, sebagian dari mereka di dalam hidupnya tidak pernah sedetik pun ingin lepas dari hutang.
Sebelum lunas pinjaman yang pertama, maka dia ingin meminjam lagi untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan akan “menular” kepada orang lain di sekitarnya.
Terlebih lagi, dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaan-perusahaan yang menganut sistem ribawi.
Dan parahnya, tidak hanya orang-orang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang yang sudah lama mengaji, orang berilmu dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam “meramaikannya”.
Na’uudzu billaahi min dzaalika.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat takut berhutang dan sangat takut jika hal tersebut menjadi kebiasaannya.
Mengapa demikian?
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, bahwasanya dia mengabarkan,
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ)
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya”
(HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)
Perlu dipahami bahwa berhutang bukanlah suatu perbuatan dosa sebagaimana telah disebutkan.
Tetapi, seseorang yang terbiasa berhutang bisa saja mengantarkannya kepada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah ﷻ.
Pada hadits di atas disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang, yaitu:
1.Berdusta dan
2.Menyelisihi janji.
Keduanya adalah dosa besar bukan?
Mungkin kita pernah menemukan orang-orang yang sering berhutang dan dililit oleh hutangnya.
Apa yang menjadi kebiasaannya?
Bukankah orang tersebut suka berdusta, menipu dan mengingkari janjinya?
Allaahumma innaa na’udzu bika min dzaalika
•
•
📃Tiga Tempat Tersingkapnya Kepribadian
Diceritakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, ada seorang laki-laki berkata kepada Umar,
“Sesungguhnya si Fulan itu orangnya baik.”
Umar bertanya,
“Apakah engkau pernah bersafar bersamanya?” Lelaki itu menjawab, “Belum pernah.”
Umar bertanya, “Apakah engkau pernah bermuamalah (berbisnis) dengannya?”
Lelaki itu menjawab, “Belum pernah.”
Umar bertanya, “Apakah engkau pernah memberinya amanah?”
Lelaki itu menjawab, “Belum pernah.”
Umar berkata, “Kalau begitu engkau tidak memiliki ilmu tentangnya. Barangkali engkau hanya melihat dia salat di masjid.”
(Mawa’idz shohabah)
Saudaraku, jadi kalau kita misalnya hendak merekomendasikan baik tidaknya seseorang itu, ingatlah perkataan Umar tersebut.
Sebab ketika kita sudah dekat dengan seseorang, Allah suka membuka sedikit atau mengizinkan terbukanya hakikat sebenarnya seseorang itu, dalam tiga tempat seperti yang dikatakan Umar.
Sumber :
Redaksifajarnews
0 Response to "Adab Berhutang"
Posting Komentar